Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup, merupakan yang tertinggi di kawasan ASEAN.
"AKI
yang masih tinggi dalam dua dekade terakhir ini memang seolah tidak
pernah berakhir," kata Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar pada acara "Pelantikan
anggota Kehormatan Rotary Club Solo Kartini dan Sekaligus Peresmian
Ambulan Keliling" di Balaikota Surakarta, Jumat (14/6).
Selain
angka kematian ibu, juga angka kematian bayi (AKB) cukup tinggi sebesar
34 per 1.000 kelahiran hidup. Kondisi itu dtambah lagi kasus anak dengan
gizi buruk juga masih tinggi. "Ini perlu mendapat kewaspadaan,"
katanya.
Namun demikian Indonesia juga telah mencapai beberapa
kemajuan antara lain pendidikan pada tingkat sekolah dasar, perbaikan
dalam cakupan pelayanan kesehatan dasar dan lain-lain.
Menteri
mengatakan Indonesia telah menunjukkan kemajuan dalam mengurangi
kemiskinan, namun demikian tetap masih banyak masyarakat miskin dan
rentan yang perlu ditangani dan dibantu.
Berdasarkan data Departemen Kesehatan Republik Indonesia, angka
kematian ibu hamil banyak kali akibat para ibu tidak mempunyai akses
untuk pergi ke bidan maupun dokter yang ada di daerah-daerah.
Menurut Dr. Lukman Laksmono dari Direktorat Bina Kesehatan Ibu Depkes
RI, pihaknya telah mengetahui hal ini sejak lama. “Rata-rata, 10% ibu
di Indonesia tidak pernah memeriksakan kandungannya ke petugas
kesehatan. Pun, 30% ibu di Indonesia tidak melahirkan di dokter atau
bidan. Mereka lebih memilih untuk melahirkan di dukun,” kata Lukman.
Departemen Kesehatan sendiri menargetkan angka kematian ibu pada 2010
sekitar 226 orang dan pada tahun 2015 menjadi 102 orang per tahun.
Untuk mewujudkan hal ini, Depkes sedang menggalakkan program Making Pregnancy Saver (MPS) dengan program antara lain Program Perencanaan ersalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K).
“Kegiatan penanganan komplikasi merupakan hal yang paling vital dalam
menyelamatkan ibu hamil, tapi sampai saat ini kinerjanya justru yang
paling buruk,” kata Lukman.
Saat ini, berdasarkan data dari Depkes, 70% ibu hamil yang mengalami
komplikasi tidak tahu harus ke mana ketika mengalami hal itu. Sementara
itu, 30% sisanya belum tentu tertolong ketika datang ke petugas medis di
daerah-daerah. Hal ini karena keterbatasan alat dan keahlian serta
pengetahuan yang dimiliki oleh tenaga-tenaga medis di daerah terpencil.
Menyamakan visi menyatukan misi demi terwujudnya Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
SCROLL
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Entri yang Diunggulkan
MENILIK KELEMBAGAAN (Pengamatan dari 3 bagian)
S aya sudah pernah menulis mengenai kelembagaan BKKBN dalam artikel di https://uniek-m-sari.blogspot.com/2015/02/uu-no-23-tahun-2014-dan-kk...
-
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka mempersiapkan sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini dan hal t...
-
Kontrasepsi memang bukan barang aneh. Ha mpir semua pasangan suami-istri memerlukan perencanaan kehamilan dan sekaligus membatasi juml...
-
Kota Banjarmasin 1. Identitas Kelompok Kader BKL Kenanga, Kelurahan Surgi Mufti Kecama...
-
Teori Kependudukan Thomas Robert Maltus (1798) seorang ahli di bidang ekonomi yang juga seorang pendeta terkenal di Inggris berpandan...
-
Sudah hal yang sangat lazim apabila dalam sebuah event akan dilakukan acara pembukaan secara resmi dalam bentuk seremonial. Ini berlaku buk...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Email